TIK : Setelah membaca tulisan inii , perawat diharapkan mampu :
1. Menjelaskan tentang penyebab Ulkus Peptikum
2. Menjelaskan proses patofisiologi terjadinya Ulkus Peptikum
3. Menjelaskan tentang klasifikasi Ulkus Peptikum
4. Menjelaskan tentang pengkajian yang harus dilakukan/ditanyakan pada pasien dan keluarga yang menderita Ulkus Peptikum
5. Membuat analisa data dan menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien yang mengalami Ulkus Peptikum
6. Merumuskan rencana keperawatan pada pasien yang mengalami Ulkus Peptikum
PENGERTIAN
Ulserasi pada jaringan mukosa, sub mukosa dan lapisan otot saluran pencernaan bagian atas yang dapat terjadi di esophagus . gaster, duodenum dan jejenum. Ulkus duodenum lebih sering terjadi dari pada ulkus gaster, dan banyak dialami oleh pria berusia 25 – 50 tahun. Sedangkan ulkus gaster terjadi pada usia diatas 50 tahun. Ulkus peptikum ini bisa merupakan komplikasi dari gastritis.
ETIOLOGI
Penyebab yang pasti belum diketahui namun beberapa kasus berhubungan dengan peningkatan sekresi asam lambung dan lemahnya barier mukosa lambung.
PATOFISIOLOGI
Terjadinya ulserasi pada duodenum dan pada gaster mempunyai mekanismeyang berbeda. Normalnya asam bebas yang telah disekresikan ke dalam lambung didifusi kembali secara perlahan-lahan di dalam jaringan
Difusi yang cepat menyebabkan reaksi peradangan di dalam jaringan sehingga menimbulkan kerusakan dan perdarahan. Difusi yang cepat ini disebabkan oleh lemahnya barier mukosa lambung. Melemahnya baier mukosa lambung dapat sebabkan oleh:
1. Alkhohol
2. Obat-obatan seperti asam salisilat
3. Asam empedu (aliran balik cairan empedu ke duodenum akibat rokok)
Terjadinya ulserasi duodenal disebabkan oleh peningkatan sekresi asam lambung. Asam lambung yang berlebihan menyebabkan asam lambung turun ke duodenum dan menyebabkan ulserasi. Ulserasi gaster disebabkan oleh difusi asam lambung yang secapat sementera sekresinya normal.
FAKTOR PREDEPOSISI ULKUS PEPTIKUM
Beberapa faktor-faktor diidentifikasi sebagai kondisi yang memudahkan terjadinya ulkus peptikum yaitu:
1. Kebiasaan merokok
2. Penggunaan obat-obatan seperti obat golongan salisilat
3. Stres psikologik
4. Pola makan yang tidak teratur
5. Kebiasaan minum alkhohol
6. Radiasi.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Data subjektif berfokus pada keluhan yang dirasakan pasien seperti:
1. Nyeri epigastrium
2. Perasaan pnum
3. Mual dab muntah
4. Anoreksia
5. hematemesis dan melena
6. Pola makan dan diet
7. Kebiasaan mengkonsumsi kopi dan alkhohol
8. Penggunaan obat-obatan
9. Sterssor individu dan keluarga
10. Pekerjaan dan gaya hidup
11. Pola koping yang biasa dan pmecahan masalah
Karakteristik nyeri pada ulkus gaster dan duodenal
Aktifitas D u o d e n a l G a s t e r
Lokasi Sebelah kanan epigastrium Diatas epgastrium
Makan Nyeri akan berkurang atauN Nyeri bertambah dengan makanan khususnya
hilang dengan makan atau pemberian antiasida setelah minum cairan hangat
Tidur Sering terbangun dari tidur Sepanjang hari
Data Objektif diperoleh dengan mengobservasi banyak hal yang berhubungan dengan adanya ulserasi dan dampak yang ditimbulkan seperti :
1. Ekspresi wajah meringis menahan nyeri
2. Distensi abdomen
3. Nyeri tekan pada epigastrium
4. Warna konjungtiva dan kulit yang mengindikasikan anemia
5. Urin out-put : warna dan jumlah
6. Warna faecesdan frekuensi defekasi
7. Peristaltik usus
8. Bentuk abdomen : cekung atau cembung
9. Tanda-tanda vital seperti : suhu, nadi, pernafasan dan tekanan darah.
10. Analisis terhadap pemeriksaan diagnostik seperti : Esophago gastroduodenoscopi, pemeriksaan BNO, pemeriksaan darah dalam faeces, darah lengkap.
PENGOBATAN PADA ULKUS PEPTIKUM
Tujuan pemberian obat-obatan pada ulkus peptikum adalah mengistirahatkan lambung. Berbagai obat yang diberikan mempunyai mekanisme yang berbeda seperti:
a. Antagonis HP2 reseptor
b. Antikolinergik
c. Anti sekreteari
d. Obat untuk menetralkan asam lambung
e. Obat untuk melindungi barier mukosa lambung
a. Antagonis HP2 reseptor
Obat ini menghambat pengeluaran histamin yang dapat merangsang sekresi Hcl. Contoh adalah ranitidine (zantac) dan cetidine(tagamet). Diberikan sebagai dosis tunggal menjelang tidur malam hari atau pada malam hari.
b. Antikolinergik
Obat ini menurunkan stimulasi vaga dengan menghambat astil kolin. Motilitas lambung akan menurun dan sekresi gaster dihambat. Contoh dicyclomine (bentyl) dan propantheline (propanthel). Dapat diberikan bersama-sama dengan obat lain. Sangat efektif untuk mengurangi sekresi lambung. Efek samping: pandanga kabur, konstipasi, retensi urine dan takhikardi.
c. Anti sekretori
Obat ini menekan sis enzym ATP ase dalam memproduksi asam lambung. Contoh obatnya adalah ameprazole (prilosec, losec) Diberikan dosis tunggal menjelang tidur.
d. Obat untuk menetralkan asam lambung (antasida)
Obat ini menurunkan keasaman asam lambung. Digunakan secara teratur sehabis makan. Antasida efektif antara ½ - 3 jam. Untuk ulser yang aktif antasida dapat diberikan setiap 3 jam dan menjelang tidur. Contoh obatnya adalah Mylanta, gelusil pemberiannya di kombinasikan.
Jins antasida tidak boleh diberikan bersama-sama dengan jenis Antagonis H2 reseptor seperti tagamat. Jarak penggunaanya ½ - 1 jam. Tagamet diberikan1/2 jam sebelum makan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin dijumpai pada pasien dengan ulkus peptikum antara lain:
1. Nyeri berhubungan dengan ulserasi mukosa gaster dan duodenum
2. Resiko terjadinya gangguan perfusi jaaringan (gastrointestinal) berhubungan dengan perdarahan, perporasi dan obstruksi.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, nausea dan pembatasan diet.
4. Gangguan pola tidur dan istirahat berhubungan dengan nyeri
5. Koping individu yang tidak efektif berhubungan dengan kurang pengetahuan pasien tentang penyakitnya.
6. Resiko kekambuhan berhubungan dengan kurang pengetahuan pasien tentang ; diet, obat-obatan, tanda dan gejala yang diwaspadai.
PERENCANAAN KPERAWATAN
Diagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan ulserasi mukosa gaster dan duodenum
Intervensi Keperawatan :
a. Observasi tanda-tanda nyeri, seperti : tingkat nyeri, dorasi, frekuensi, penyebaran nyeri.
b. Berikan diet cair atau lunak tanpa serat bila tidak ada kontra indikasi seperti perdarahan dan perforasi. Minum susu diajurkan dalam porsi kecil
c. Kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai program pengobatan.
d. Hindarkan makanan yang mengandung coklat, cafeien dan jenis-jenis lain yang dapat merangsang sekresi Hcl
Diagnosa keperawatan
2. Resiko terjadinya gangguan perfusi jaaringan (gastrointestinal) berhubungan dengan perdarahan, perporasi dan obstruksi.
Intervensi Keperawatan :
a. Monitor dan kenali lebih dini tanda-tanda komplikasi seperti distensi abdomen, hematesesis dan melena, penuruna kesadaran, hipotensi, nadi cepat, suhu tinggi, perasaan penuh. Kolborasi dengan tim medis bila dijumpai tanda-tanda tersebut.
b. Pertahankan bed res total di tempat tidur
c. Lakukan penanganan terhadap kompilkasi bila ada :
Perdarahan:
• Puasakan pasien
• Pemasangan NGT, observasi jumlah perdarahan
• Lavage lambung dengan NaCl dingin
• Kaji tanda-tanda vital seperti TD, Nadi, suhu, serta tanda-tanda shock seperti diaphoresis dan tachikardi, hipotensi, penurunan kesadaran
d. Monitoring Hb, Ht dan serum electrolit
e. Pertahankan pemberian cairan perparentral
f. Kolaborasi untuk pemberian vasopresin sesuai program , dan kaji efek samping pemberian vasopresin, seperti: nyeri daerah injeksi, nyeri dada, nausea muntah, kram abdomen, intoksikasi air.
g. Kolborasi tindakan endoskopi elektrocoagulation, untuk menghentikan perdarahn
h. Pemberian obat-obata untuk menghentikan peningkatkan pH asam lambung, seperti : antacid, zantac, tagamet
Diagnosa keperawatan
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, nausea dan pembatasan diet.
Intervensi Keperawatan :
a. Bila pasien puasa kolaborasi pemberian nutrisi perparentral (TPN)
b. Bila pasien tidak puasa, beri makanan dengan porsi kecil tetapi sering serta bervariasi
c. Timbang berat badan 2 hari sekali
d. Cek Hb pasien seminggu sekali
e. Kolborasi untuk pemberian nutrisi tambahan
Diagnosa keperawatan
4. Gangguan pola tidur dan istirahat berhubungan dengan nyeri
Intervensi Keperawatan :
a. Hindarkan makanan (berat maupun ringan) 1 jam sebelum tidur
b. Memberi obat-obatan sesuai program , misalnya: obat-obata yang dimakan malam hari sebelum tidur.
c. Minum susu porsi kecil (150 cc) 1 jam sebelum tidur
PENDIDIKAN KESEHATAN UNTUK PASIEN DENGAN ULKUS PEPTIKUM
a. Pengobatan
1. Menjelaskan dosis, cara pemberian, cara kerja dan efek samping obat
2. Lanjutkan obat untuk waktu yang ditentukan, walaupun ketika gejala tidak ada
3. Usahakan agar setiap saat mudah mendapatkan antasida
4. Antisipasi peningkatan kebutuhan akan antasida selama periode-periode stress.
5. Hindarkan pengobatan sendiri dengan antasida sitemik (bicarbonat soda) yang merubah keseimbangan asam basa
6. Hindarkan obat-obatan ulcerogenik : salisilat, ibuproten, kortikosteroid
b. Merokok
1. Berhenti merokok jika mungkin
2. Jika menghentikan merokok menyebabkan peningkatan rasa tidak nyaman dari stress, anjurkan untuk mengurangi jumlah rokoknya
c. Makan
1. Makanlah 3 kali makanan seimbang dalam sehari
2. Makanlah snack diantara waktu makan jika ini membantu mengurangi rasa nyeri
3. Hindarkan makanan yang meningkatkan rasa tidak nyaman/merangsang sekresi asam
4. Jika minum alkhohol, minumlah dalam jumlah sedang dan tidak pada waktu lambung kosong
5. hindarkan stress pada waktu makan dan istirahat untuk beberapa saat setelah makan
6. Bila mungkin tidak emngkomsumsi alkhohol
d. Relaxasi dan reduksi stress
1. Berpasrtisipasilah dalam rekreasi dan hobi yang meningkatkan relaxasi
2. Tidur malam yang baik dengan waktu yang teratur
3. Gunakan teknik relaxasi untuk menurunkanstress
4. berpartisipasilah dalam program latihan yang baik untuk meningkatkan kesehatan
5. Aturlah lingkungan rumah dan tempat kerja untuk menjaga agar stressor pada tingkatan yang wajar
6. Hindarkan faktor-faktor yang diketahui dapat meningkatan gejala-gejala jika mungkin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar